Skip to main content

Internet, Pendobrak Gaya Hidup

Internet ternyata merupakan penemuan manusia yang paling spektakuler. Pertumbuhannya tercepat dibandingkan yang lain.Ada data hasil penelitian yang cukup menarik, bahwa ternyata dalam hal kecepatan untuk menarik penggunanya, internet adalah media tercepat saat ini. Bayangkan, radio membutuhkan waktu selama 38 tahun untuk menarik 38 juta penggunanya. Pesawat TV yang lebih canggih dari radio, karena dilengkapi dengan gambar, membutuhkan waktu 13 tahun untuk menarik sebanyak 50 juta penggunanya.
Sementara itu, internet hanya memerlukan waktu yang relatip singkat, hanya butuh waktu 5 tahun, sudah mampu menarik sebanyak 50 juta penggunanya. Sungguh spektakuler, karena di zaman ini, kemajuan teknologi informatika berupa internet ini layaknya sudah menjadi standar hidup bagi kebanyakan orang. Kehidupan hampir di semua kota besar telah mengalami pergeseran nilai secara dahsat. Termasuk gaya hidup para pengguna internet juga ikut berubah mengikuti trend di dunia maya ini.
Cukup duduk di depan komputer yang on line dengan jaringan internet, siapapun juga bisa bersosialisasi, bisa nge-blog, bisa belajar, bisa menggali informasi hingga ke pelosok dunia manapun, bisa jualan, bisa membeli barang, bisa menjalin persahabatan dan bahkan mencari jodoh, dan masih banyak lagi. Hampir semua komputer kantor, komputer rumah, laptop, dan HP dapat dipastikan mampu mengakses jaringan internet. Bahkan pemerintah pun saat ini sedang menggalakkan program internet masuk desa [lihat saja iklannya yang gencar ditayangkan di TV].
Bisa jadi nanti, kalau internet masuk desa ini sukses, tidak ada lagi penduduk Indonesia yang terbelakang Anak-anak juga termasuk pengguna internet yang cukup potensial. Kedua anak saya pun banyak mengakses internet untuk mencari bahan-bahan tugas sekolahnya. Yang namanya mbah google & situs wikipedia, menjadi favorit bagi mereka. Yang hebat kalau sedang bikin tugas kelompok, mereka tidak perlu harus ketemu dan duduk bareng.
Cukup pakai email & Yahoo Messenger untuk chatting-nya. Masing-masing membuat bab-bab yang berbeda, lalu hasilnya dikirim via email, dikoreksi bareng-bareng. Saat mulai nge-print pun, dibagi rata, anak saya ngeprint yang bagiannya, temannya ngeprint yang menjadi jatahnya [maklum tinta printer kan mahal, katanya…]. Besoknya, di sekolah dijilid menjadi satu. Dampak lain internet bagi anak-anak, kalau toh ada, ya seringnya dipakai main game on line atau ber-friendster- ria, yang bisa berjam-jam lamanya, sehingga menambah argometer langganan internet hanya untuk kegiatan yang kurang produktif.
Terlepas dari itu everything is okay, kok. Lebih dari itu, bagi para penggunanya, internet juga menjadi sebuah fenomena lompatan gaya hidup yang sangat revolusioner. Kalau dulu orang nongkrong di kafe perlu teman untuk bersosialisasi dan mencari teman ngobrol, sebaliknya sekarang sendirian pun bisa tetap asyik karena bisa berinternet ria sambil ngopi [kayaknya memang sengaja mau ngopi sambil cari gratisan internet].
Kalau dulu konsep bekerja itu harus di kantor secara fisik, saat ini hanya bermodalkan laptop dan sambungan internet, siapapun juga bisa ‘ngantor’ di kafe-kafe yang ada hot-spot-nya seperti di Starbuck. Bahkan bagi sebagian orang, model mobile office ini sudah menjadi keharusan. Sekaligus, internet juga menciptakan ketergantungan kepada para pengunanya. Siapapun Anda pasti merasa ketinggalan ‘berita’ dan ‘tidak merasa hidup’ bila tidak membuka e-mail, tidak chatting, tidak ngeblog, tidak browsing, tidak buka friendster, selama 1 minggu. Betul tidak? Bagi yang masih menjadi karyawan kantoran, begitu sampai di kantor, yang pertama dipegang adalah keyboard computer untuk membuka email, baca berita, baru kemudia bersosialisasi dengan yang lain. Bagi yang sudah menjadi pengusaha pun, internet juga menjadi sarapan paginya.
Bahkan yang kebetulan tidak berada di rumah, pun langsung mencari-cari warnet untuk ritual nge-check & reply email yang memang sudah menjadi ruitnitas dan keseharian.Jadi, kalau saat ini ditanyakan kepada kita semua, sanggupkah kita kembali ke zaman sebelum ada teknologi internet, pasti jawabannya serentak sama : “No way, lah yaaw…!”


Endro Wahyu MardiyantoPelaku IT, berdomisili di Jakarta Timur. Ide-idenya dapat disimak di http://endrowahmar.blogspot.com

Comments

Paling Banyak Dibaca