Sebuah bola api raksasa jatuh dari langit tepat di tengah-tengah taman Central Park di New York. Dari kobaran api yang menyala-nyala itu muncul seorang pria yang sama sekali tidak terluka akibat bola api itu. Ternyata, pria itu bukan pria biasa.
Pria itu ternyata adalah sebuah pesawat ruang angkasa yang dikemudikan oleh 100 orang makhluk ruang angkasa yang berwujud manusia. Bedanya para makhluk ruang angkasa ini tingginya tak lebih dari 3 Cm saja. Dari luar, pria yang kemudian dikenal sebagai Dave itu terlihat seperti manusia biasa. Bedanya, cara berpakaian dan berjalan Dave terlihat aneh bagi manusia biasa.
100 orang makhluk ruang angkasa yang mengendalikan Dave ini sedang berusaha mencari cara untuk menyelamatkan planet asal mereka, Nil, dari kehancuran. Satu-satunya cara untuk menyelamatkan planet mereka adalah dengan mengeringkan seluruh lautan yang ada di Bumi dan menjadikan garam yang tersisa sebagai sumber energi untuk planet mereka.
Namun sebelum sempat melaksanakan misi ini, sang kapten kapal yang memimpin 100 orang makhluk ruang angkasa ini malah jatuh cinta dengan wanita bumi, Gina (Elizabeth Banks) yang secara tak sengaja bertemu dengan Dave.
Gina dan putranya Josh (Austin Lynd Myers) tak tahu bahwa Dave yang mereka temui adalah sebuah pesawat ruang angkasa. Dengan susah payah, Gina dan Josh berusaha memahami tingkah aneh Dave yang makin hari makin menjadi-jadi.
Di sisi lain, sang kapten kapal mulai menyadari bahwa manusia tidaklah sejahat yang ia kira. Dan akhirnya sang kapten menghadapi dilema antara menyelamatkan planet asalnya dan memusnahkan Bumi atau membiarkan planetnya hancur dan tetap tinggal di Bumi.
Ini bukan pertama kalinya Eddie Murphy memerankan banyak tokoh dalam satu film. Kali ini Eddie harus memerankan sang kapten kapal sekaligus Dave si pesawat ruang angkasa. Dan seperti biasanya, kita masih disuguhi humor-humor ala Eddie Murphy yang pada titik tertentu memang agak sulit dicerna.
Dari sisi cerita, sebenarnya juga tidak ada yang baru dari film ini. Bisa dibilang film ini masih mengekor ide cerita film-film semacam Star Trek misalnya. Isu-isu yang diangkat seperti pemanasan global dan kemanusiaan pun sudah mulai terasa basi. Humor-humor yang disajikan dalam film ini cenderung jadi humor fisik dan terasa vulgar.
Tetapi, sebagai sebuah hiburan, film ini sangat enak ditonton. Apalagi bagi para penggemar Eddie Murphy yang sudah lama tak bertemu dengan sosok komedian kocak ini.(hbk/berbagai sumber)
Pria itu ternyata adalah sebuah pesawat ruang angkasa yang dikemudikan oleh 100 orang makhluk ruang angkasa yang berwujud manusia. Bedanya para makhluk ruang angkasa ini tingginya tak lebih dari 3 Cm saja. Dari luar, pria yang kemudian dikenal sebagai Dave itu terlihat seperti manusia biasa. Bedanya, cara berpakaian dan berjalan Dave terlihat aneh bagi manusia biasa.
100 orang makhluk ruang angkasa yang mengendalikan Dave ini sedang berusaha mencari cara untuk menyelamatkan planet asal mereka, Nil, dari kehancuran. Satu-satunya cara untuk menyelamatkan planet mereka adalah dengan mengeringkan seluruh lautan yang ada di Bumi dan menjadikan garam yang tersisa sebagai sumber energi untuk planet mereka.
Namun sebelum sempat melaksanakan misi ini, sang kapten kapal yang memimpin 100 orang makhluk ruang angkasa ini malah jatuh cinta dengan wanita bumi, Gina (Elizabeth Banks) yang secara tak sengaja bertemu dengan Dave.
Gina dan putranya Josh (Austin Lynd Myers) tak tahu bahwa Dave yang mereka temui adalah sebuah pesawat ruang angkasa. Dengan susah payah, Gina dan Josh berusaha memahami tingkah aneh Dave yang makin hari makin menjadi-jadi.
Di sisi lain, sang kapten kapal mulai menyadari bahwa manusia tidaklah sejahat yang ia kira. Dan akhirnya sang kapten menghadapi dilema antara menyelamatkan planet asalnya dan memusnahkan Bumi atau membiarkan planetnya hancur dan tetap tinggal di Bumi.
Ini bukan pertama kalinya Eddie Murphy memerankan banyak tokoh dalam satu film. Kali ini Eddie harus memerankan sang kapten kapal sekaligus Dave si pesawat ruang angkasa. Dan seperti biasanya, kita masih disuguhi humor-humor ala Eddie Murphy yang pada titik tertentu memang agak sulit dicerna.
Dari sisi cerita, sebenarnya juga tidak ada yang baru dari film ini. Bisa dibilang film ini masih mengekor ide cerita film-film semacam Star Trek misalnya. Isu-isu yang diangkat seperti pemanasan global dan kemanusiaan pun sudah mulai terasa basi. Humor-humor yang disajikan dalam film ini cenderung jadi humor fisik dan terasa vulgar.
Tetapi, sebagai sebuah hiburan, film ini sangat enak ditonton. Apalagi bagi para penggemar Eddie Murphy yang sudah lama tak bertemu dengan sosok komedian kocak ini.(hbk/berbagai sumber)
Comments
Post a Comment