Cerpen Kesepian? Ya, memang cerpen kesepian, setidaknya itulah, kesepian, judul yang dibuat oleh sang pengirim cerpen ini. Dia, waktu ngirim cerpen dulu masih duduk di bangku SMP, entah sekarang. Lho kok gitu? Iya, soalnya cerpen dengan judul Kesepian yang akan kita baca berikut adalah cerpen yang sudah cukup lama terpendam di inbox email StudentMagz, syukurlah Editor akhirnya punya waktu. Ayok langsung aja dibaca!
Hujan mengawali pagi hari dimana Anne memulai segalanya. Anne membuka matanya perlahan dan berusaha untuk bangun dari tempat tidurnya. Ia bergegas untuk berangkat sekolah.
Anne keluar dari kamarnya dan menuju keluar rumah.
“mama..!! Anne berangkat sekolah ya!” kata Anne dengan tergesa-gesa. Belum sempat ibunya menjawab, Anne sudah meninggalkan rumahnya.
Setibanya Anne di pintu gerbang sekolah, ia bahagia karna melihat pemandangan yang selalu membuatnya tersenyum senang. Anne melihat Ricko, temannya. Sudah hampir satu bulan Anne selalu memerhatikan Ricko tapi Ricko tidak menunjukkan reaksi apapun.
“hari ini gue punya kabar baik buat diri gue sendiri! Pertama, gue gak terlambat dateng ke sekolah. Kedua, pagi-pagi gini walaupun ujan.. gue bisa ngeliat Ricko!” kata Anne pada dirinya sendiri.
Anne sebenarnya ingin berlama-lama di depan pintu gerbang sekolah dan memerhatikan Ricko. Tetapi, ia harus segera masuk kelas.
***
Sesampainya Anne di kelas, ia melihat pemandangan biasa yang membuatnya bosan. Teman-temannya sedang bertukar pikiran alias contek-mencontek. Anne tidak berminat untuk berpartisipasi dalam contek-mencontek itu.
“Ke! Lo belum ngerjain pr ini? Ya’ampun! Kemana aja sih lo?” kata Anne pada teman sebangkunya, Keila.
“belum An! Lo udah?” Tanya Keila.
“udahlah! Lo gimana sih! Itu pr ipa kan? Itu kan udah dari seminggu yang lalu! Kenapa gak dikerjain di rumah? Haduuh!”
“males gue ah! Eh,, An! Sini deh duduk” Keila menarik Anne sampai Anne duduk di kursinya.
“ada apaan sih Ke? Mesti duduk segala!” Anne bingung.
“tapi,, gue takut lo nangis kalo dengernya!” wajah Keila prihatin.
“kenapa sih? Gue gak nangis deh! Janji!”
“Ricko,, jadian sama Rena!”
“oh,, cuma itu?” wajah Anne berubah tapi Anne mencoba untuk berpura-pura tersenyum dan tidak peduli.
“lo gapapa?” Tanya Keila.
“ya,, gue gapapa! Emangnya apa hubungannya gue sama Ricko?” Anne berlagak tidak peduli.
Keila tersenyum dan menggelengkan kepalanya. Keila tahu yang Anne katakan untuk menguatkan hatinya.
‘jadi,, Ricko,, huuft.. yaudahlah!’ batin Anne.
Anne berjalan keluar kelas meninggalkan Keila yang kembali sibuk mengerjakan pr. Anne melihat rintikan air hujan dari depan kelasnya. Anne melihat dengan jelas ada Ricko di seberang. Tak terasa air mata Anne mengalir.
***
Siang hari yang terik menghapus lembabnya hujan tadi pagi. Anne yang terbaring di tempat tidurnya tidak bisa menahan tangisnya.
Anne bangkit dan berjalan menuju lemari kamarnya. Ia membuka lemarinya dan mengambil sapu-tangan yang ia rajut sendiri. Di sapu-tangan itu tertera nama Ricko. Anne mencoba untuk merusak sapu-tangan itu tapi tidak bisa. Anne mengambil gunting dan mencabik-cabik sapu-tangan itu.
“percuma! Percuma gue ngerajut nama Ricko sebagus apapun! Bahkan percuma kalo gue ngerajut namanya di hati gue! semua itu gak akan bisa ngerubah kenyataan kalo dia bukan buat gue!” kata Anne.
Anne memejamkan matanya. Anne berharap semua ini mimpi dan Anne ingin ia melupakan semua yang pernah ia harapkan. Selama ini, Anne selalu berharap bisa menjadi sesuatu yang special bagi Ricko. Tapi, kini semua itu menjadi sia-sia.
“kalo di otak gue ada tombol delete,, pasti semua harapan gue tentang Ricko udah ilang sekarang!” Anne mencoba tersenyum.
“gue gak boleh cengeng! Gue masih punya sahabat,, gue punya keluarga yang sayang sama gue! apa yang kurang dari hidup gue ini? Udah lengkap menurut gue! gue gak butuh yang lain lagi!” Anne benar-benar tersenyum sekarang. Ia memikirkan hal-hal yang selalu membuatnya bahagia.
Anne keluar dari kamarnya dan melihat ada sahabat-sahabatnya menunggu di ruang tamu. Anne bingung karna sebelumnya ia tidak punya janji dengan sahabatnya.
“kalian di sini?” Anne bingung.
“iya.. gue pikir, lo lagi butuh temen jadi, gue ajak yang lain ke sini juga!” kata Keila.
“tapi kok, tadi gue gak di panggil? Kenapa kalian gak manggil gue?” Tanya Anne.
“ehm,, kita takut ganggu kamu An.. jadi kita tunggu aja di sini!” kata Lisya.
Anne menghampiri sahabat-sahabatnya itu. Anne duduk di samping Gita. Gita tersenyum menatap Anne.
“kalian,, ehm,, huft,, jujur aja! Kalian ke sini karna kasihan ya sama gue?” tanya Anne.
“kita gak kasihan kok sama lo! Kita Cuma prihatin An!” kata Gita.
“sama aja Git!” Anne menunduk.
“kita tau kamu butuh temen! Jadi kita ada di sini! Kita akan selalu ada kalo kamu butuhin An!” kata Lisya.
Anne tersenyum senang mendengar pernyataan sahabatnya yang terdengar sangat peduli dengannya.
“makasih ya guys! Kalian baik banget!”
Sahabat-sahabat Anne tersenyum senang melihat Anne tersenyum. Mereka menghabiskan siang hari bersama-sama. Dan mereka berjanji satu-sama lain untuk akan terus bersama wlaupun apapun yang terjadi.
***
Dua bulan telah berlalu, Anne termenung sendirian di perpustakaan sekolahnya yang sepi. Ia begitu bingung dengan perasaan yang ia rasakan. Anne mengambil kertas dan pensil yang ada di dalam tas-nya. Anne mulai menulis apa yang ia rasakan karna ia sulit untuk mengungkapkannya secara lisan.
Anne melipat kertasnya dan menyingkirkannya dari meja membacanya di perpustakaan.
“mungkin kesepian!” suara dari belakang mengejutkan Anne.
Anne menoleh dan sangat terkejut. Tepat di belakang Anne, ada Ricko yang sedang membawa kertas yang Anne singkirkan tadi. Ricko mengambil kursi di sebelah Anne dan mendudukinya.
“boleh duduk di sini kan gue?” Tanya Ricko. Anne hanya bisa mengangguk karna bingung.
“tadi,, lo bilang apa?” Tanya Anne.
“gue bilang,, mungkin lo kesepian?”
“gak mungkin! Karna gue punya banyak sahabat!” kata Anne.
“dari luar semua orang juga gak akan keliatan kesepian! Tapi,, mungkin hati lo yang kesepian!” kata Ricko sambil memberikan senyuman manis.
“terus,, apa yang bisa buat gue gak kesepian?” Tanya Anne.
“menurut lo?? Jelas gue gak tau! Cuma lo sendiri yang tau apa yang lo mau!” kata Ricko. Ricko menatap mata Anne dengan tajam.
“ehm,, entahlah!” Anne mengalihkan pandangannya.
“tau gak sih An! Baru sekarang gue berani ngomong sama lo!” kata Ricko mencoba menatap Anne.
“emangnya kenapa? Emangnya sebelumya lo takut sama gue?” Anne bingung atas pernyataan Ricko.
Ricko tersenyum dan berkata “iya! Gue takut jantung gue copot kalo ngomong sama lo! Tapi,, ternyata gak! jantung gue cuma berdetak lebih cepet!”
“apaan sih lo Ricko! Oh,, iya! Bukannya lo pacaran sama Rena ya?” Tanya Anne.
“udah lama banget kali!” kata Ricko.
“sekarang masih?”
“yup!”
‘kalo lo masih pacaran sama Rena,, kenapa harus ngomong jantung mau copot segala coba?’ batin Anne.
“oh iya,, Anne! Gue suka sama lo!” kata Ricko.
“maksud lo apa sih Ricko?” Anne jadi kesal dengan sikap Ricko.
“gue suka sama lo! Gue mau lo jadi sahabat gue karna gue udah lama ngincer lo jadi orang yang special buat gue!” kata Ricko.
“maksudnya?”
“kalo lo mau,, lo bisa jadi orang yang sangat special bagi gue! ‘SAHABAT’ lo mau kan jadi sahabat gue? please…!” Ricko memohon sampai ia berlutut di hadapan Anne.
“haha,, lebay banget sih! Pastinya gue mau jadi sahabat lo! Tapi,, lo harus janji! Lo harus bantuin gue nemuin obat kesepian gue!” kata Anne.
“gak perlu repot kok! Obat kesepian lo itu kan gue!” Ricko membanggakan dirinya.
Anne tersenyum mendengarkan pernyataan Ricko.
‘mungkin,, ini udah takdir! Dan gue seneng banget bisa sahabatan sama Ricko! Selama ini,, gue berharap bisa jadi sesuatu yang special buat Ricko! Dan,, sekarang tercapai! Gue ngerti,, sahabat lebih special dari apapun itu! sekarang semuanya berjalan sempurna’ batin Anne.
Kesepian
Hujan mengawali pagi hari dimana Anne memulai segalanya. Anne membuka matanya perlahan dan berusaha untuk bangun dari tempat tidurnya. Ia bergegas untuk berangkat sekolah.
Anne keluar dari kamarnya dan menuju keluar rumah.
“mama..!! Anne berangkat sekolah ya!” kata Anne dengan tergesa-gesa. Belum sempat ibunya menjawab, Anne sudah meninggalkan rumahnya.
Setibanya Anne di pintu gerbang sekolah, ia bahagia karna melihat pemandangan yang selalu membuatnya tersenyum senang. Anne melihat Ricko, temannya. Sudah hampir satu bulan Anne selalu memerhatikan Ricko tapi Ricko tidak menunjukkan reaksi apapun.
“hari ini gue punya kabar baik buat diri gue sendiri! Pertama, gue gak terlambat dateng ke sekolah. Kedua, pagi-pagi gini walaupun ujan.. gue bisa ngeliat Ricko!” kata Anne pada dirinya sendiri.
Anne sebenarnya ingin berlama-lama di depan pintu gerbang sekolah dan memerhatikan Ricko. Tetapi, ia harus segera masuk kelas.
***
Sesampainya Anne di kelas, ia melihat pemandangan biasa yang membuatnya bosan. Teman-temannya sedang bertukar pikiran alias contek-mencontek. Anne tidak berminat untuk berpartisipasi dalam contek-mencontek itu.
“Ke! Lo belum ngerjain pr ini? Ya’ampun! Kemana aja sih lo?” kata Anne pada teman sebangkunya, Keila.
“belum An! Lo udah?” Tanya Keila.
“udahlah! Lo gimana sih! Itu pr ipa kan? Itu kan udah dari seminggu yang lalu! Kenapa gak dikerjain di rumah? Haduuh!”
“males gue ah! Eh,, An! Sini deh duduk” Keila menarik Anne sampai Anne duduk di kursinya.
“ada apaan sih Ke? Mesti duduk segala!” Anne bingung.
“tapi,, gue takut lo nangis kalo dengernya!” wajah Keila prihatin.
“kenapa sih? Gue gak nangis deh! Janji!”
“Ricko,, jadian sama Rena!”
“oh,, cuma itu?” wajah Anne berubah tapi Anne mencoba untuk berpura-pura tersenyum dan tidak peduli.
“lo gapapa?” Tanya Keila.
“ya,, gue gapapa! Emangnya apa hubungannya gue sama Ricko?” Anne berlagak tidak peduli.
Keila tersenyum dan menggelengkan kepalanya. Keila tahu yang Anne katakan untuk menguatkan hatinya.
‘jadi,, Ricko,, huuft.. yaudahlah!’ batin Anne.
Anne berjalan keluar kelas meninggalkan Keila yang kembali sibuk mengerjakan pr. Anne melihat rintikan air hujan dari depan kelasnya. Anne melihat dengan jelas ada Ricko di seberang. Tak terasa air mata Anne mengalir.
***
Siang hari yang terik menghapus lembabnya hujan tadi pagi. Anne yang terbaring di tempat tidurnya tidak bisa menahan tangisnya.
Anne bangkit dan berjalan menuju lemari kamarnya. Ia membuka lemarinya dan mengambil sapu-tangan yang ia rajut sendiri. Di sapu-tangan itu tertera nama Ricko. Anne mencoba untuk merusak sapu-tangan itu tapi tidak bisa. Anne mengambil gunting dan mencabik-cabik sapu-tangan itu.
“percuma! Percuma gue ngerajut nama Ricko sebagus apapun! Bahkan percuma kalo gue ngerajut namanya di hati gue! semua itu gak akan bisa ngerubah kenyataan kalo dia bukan buat gue!” kata Anne.
Anne memejamkan matanya. Anne berharap semua ini mimpi dan Anne ingin ia melupakan semua yang pernah ia harapkan. Selama ini, Anne selalu berharap bisa menjadi sesuatu yang special bagi Ricko. Tapi, kini semua itu menjadi sia-sia.
“kalo di otak gue ada tombol delete,, pasti semua harapan gue tentang Ricko udah ilang sekarang!” Anne mencoba tersenyum.
“gue gak boleh cengeng! Gue masih punya sahabat,, gue punya keluarga yang sayang sama gue! apa yang kurang dari hidup gue ini? Udah lengkap menurut gue! gue gak butuh yang lain lagi!” Anne benar-benar tersenyum sekarang. Ia memikirkan hal-hal yang selalu membuatnya bahagia.
Anne keluar dari kamarnya dan melihat ada sahabat-sahabatnya menunggu di ruang tamu. Anne bingung karna sebelumnya ia tidak punya janji dengan sahabatnya.
“kalian di sini?” Anne bingung.
“iya.. gue pikir, lo lagi butuh temen jadi, gue ajak yang lain ke sini juga!” kata Keila.
“tapi kok, tadi gue gak di panggil? Kenapa kalian gak manggil gue?” Tanya Anne.
“ehm,, kita takut ganggu kamu An.. jadi kita tunggu aja di sini!” kata Lisya.
Anne menghampiri sahabat-sahabatnya itu. Anne duduk di samping Gita. Gita tersenyum menatap Anne.
“kalian,, ehm,, huft,, jujur aja! Kalian ke sini karna kasihan ya sama gue?” tanya Anne.
“kita gak kasihan kok sama lo! Kita Cuma prihatin An!” kata Gita.
“sama aja Git!” Anne menunduk.
“kita tau kamu butuh temen! Jadi kita ada di sini! Kita akan selalu ada kalo kamu butuhin An!” kata Lisya.
Anne tersenyum senang mendengar pernyataan sahabatnya yang terdengar sangat peduli dengannya.
“makasih ya guys! Kalian baik banget!”
Sahabat-sahabat Anne tersenyum senang melihat Anne tersenyum. Mereka menghabiskan siang hari bersama-sama. Dan mereka berjanji satu-sama lain untuk akan terus bersama wlaupun apapun yang terjadi.
***
Dua bulan telah berlalu, Anne termenung sendirian di perpustakaan sekolahnya yang sepi. Ia begitu bingung dengan perasaan yang ia rasakan. Anne mengambil kertas dan pensil yang ada di dalam tas-nya. Anne mulai menulis apa yang ia rasakan karna ia sulit untuk mengungkapkannya secara lisan.
Aku punya segalanya yang aku inginkan,,
Aku mendapat semua kasih sayang yang aku butuhkan,,
Aku juga tidak sendirian!
Aku mempunyai banyak sahabat yang peduli padaku,
Aku juga mempunyai keluarga yang menyayangiku..
Tapi perasaanku lain dengan keadaan ini..
Rasanya aneh! Sulit untuk aku ungkapkan!
Aku merasa hampa! Kosong!
Aku harus menyebut ini apa?
Anne melipat kertasnya dan menyingkirkannya dari meja membacanya di perpustakaan.
“mungkin kesepian!” suara dari belakang mengejutkan Anne.
Anne menoleh dan sangat terkejut. Tepat di belakang Anne, ada Ricko yang sedang membawa kertas yang Anne singkirkan tadi. Ricko mengambil kursi di sebelah Anne dan mendudukinya.
“boleh duduk di sini kan gue?” Tanya Ricko. Anne hanya bisa mengangguk karna bingung.
“tadi,, lo bilang apa?” Tanya Anne.
“gue bilang,, mungkin lo kesepian?”
“gak mungkin! Karna gue punya banyak sahabat!” kata Anne.
“dari luar semua orang juga gak akan keliatan kesepian! Tapi,, mungkin hati lo yang kesepian!” kata Ricko sambil memberikan senyuman manis.
“terus,, apa yang bisa buat gue gak kesepian?” Tanya Anne.
“menurut lo?? Jelas gue gak tau! Cuma lo sendiri yang tau apa yang lo mau!” kata Ricko. Ricko menatap mata Anne dengan tajam.
“ehm,, entahlah!” Anne mengalihkan pandangannya.
“tau gak sih An! Baru sekarang gue berani ngomong sama lo!” kata Ricko mencoba menatap Anne.
“emangnya kenapa? Emangnya sebelumya lo takut sama gue?” Anne bingung atas pernyataan Ricko.
Ricko tersenyum dan berkata “iya! Gue takut jantung gue copot kalo ngomong sama lo! Tapi,, ternyata gak! jantung gue cuma berdetak lebih cepet!”
“apaan sih lo Ricko! Oh,, iya! Bukannya lo pacaran sama Rena ya?” Tanya Anne.
“udah lama banget kali!” kata Ricko.
“sekarang masih?”
“yup!”
‘kalo lo masih pacaran sama Rena,, kenapa harus ngomong jantung mau copot segala coba?’ batin Anne.
“oh iya,, Anne! Gue suka sama lo!” kata Ricko.
“maksud lo apa sih Ricko?” Anne jadi kesal dengan sikap Ricko.
“gue suka sama lo! Gue mau lo jadi sahabat gue karna gue udah lama ngincer lo jadi orang yang special buat gue!” kata Ricko.
“maksudnya?”
“kalo lo mau,, lo bisa jadi orang yang sangat special bagi gue! ‘SAHABAT’ lo mau kan jadi sahabat gue? please…!” Ricko memohon sampai ia berlutut di hadapan Anne.
“haha,, lebay banget sih! Pastinya gue mau jadi sahabat lo! Tapi,, lo harus janji! Lo harus bantuin gue nemuin obat kesepian gue!” kata Anne.
“gak perlu repot kok! Obat kesepian lo itu kan gue!” Ricko membanggakan dirinya.
Anne tersenyum mendengarkan pernyataan Ricko.
‘mungkin,, ini udah takdir! Dan gue seneng banget bisa sahabatan sama Ricko! Selama ini,, gue berharap bisa jadi sesuatu yang special buat Ricko! Dan,, sekarang tercapai! Gue ngerti,, sahabat lebih special dari apapun itu! sekarang semuanya berjalan sempurna’ batin Anne.
Biodata Penulis Cerpen Kesepian
Nama : Dewi Sukma Apriliani
Alamat Email : dewisukma.apriliani@yahoo.com
Facebook : Dewi Apriliani Sukma
Twitter : DewiSA29
Sekolah : SMPN 222 Jakarta Timur
bgus skalii cerpennyaaaa....
ReplyDeletei like ....
ReplyDelete