Kemarin, waktu xpresi jalan-jalan ke Mal, jumpa ama cowok. gayanya asyik, pakaiannya pun fashionable banget. Karena penasaran, makanya xpresi deketin tu cowok. Dari dandanan sih, sepertinya dia orang berada. Tajir* gitu deh (*kaya). Tapi, pas diselidiki tu cowok ternyata memiliki masa lalu yang pahit, yang pantas jadi inspirasi buat kita. Dan bikin kita yakin kalau pepatah ‘berakit-rakit ke-hulu berenang-renang ke-tepian itu” emang benar-benar terjadi. Udah banyak yang buktikan, termasuk cowok cool satu ini.
Nama cowok ini adalah Bismar Antoni. Kalau dikeren-kerenkan, tulisanya jadi B-Smart Antoni atau akrab di panggil Alle. Katanya nama panggilannya itu bikin hoki. Sejak memakai nama Alle, hidupnya jadi berubah. Masa sih....
Alle lahir di Pasirpengaraian, Rohul. Ia hidup dari keluarga yang lumayan. Ayah-nya seorang pembabat kayu balak. Untuk kehidupan sehari-hari, cukuplah. Namun, seiring berjalan waktu. Kehidupannya mendadak berubah. Ketika ia duduk di kelas 6 SD, seminggu menjelang Ebtanas (kini UN.red) ayahnya terkena musibah, tertimpa pohon, ketika bekerja. “Waktu itu, Alle ingat banget, pas lagi asyik-asyik belajar, tiba-tiba teman ayah datang ke sekolah dan bilang, kalau ayah Alle sudah meninggal. Awalnya, Alle nggak percaya dan ingin membuktikannya. Langsung Ale berlari dan menyusul ke tempat kerja ayah. Ternyata benar.... ayah sudah tidak ada lagi..”
kenang Alle sambil menghapus air mata yang menjalar disekeliling matanya.
Kehilangan sosok figur seorang ayah membuatnya down (jatuh semangat.red). Nggak tau harus mengadu kemana lagi. “Sebelum meninggal, ayah sempat berpesan pada Alle, kalau ayah udah nggak ada, Alle nggak boleh putus sekolah. Apapun yang terjadi, Alle harus sekolah, pendidikan sangat penting nak,” kata Alle menyampai amanat ayahnya itu.
Bersyukurlah, sejak SD, Alle selalu masuk tiga besar, berkat motivasi gurunya, Alle bisa menamatkan SD. Walau dengan biaya terbatas. “Jangan kamu jadikan alasan, tidak ada ayah, maka tidak ada semangat untuk sekolah, kamu harus buktikan kepada warga di kampung di sini, walau kamu seorang anak yatim, kamu harus terus sekolah, buktikan pada mereka kamu bisa sukses, janji sama ibu yah?” pesan sang guru, sambil memegang kedua pundak Alle, dan memeluk Alle, sambil meneteskan air mata semangat untuk Alle. Alle pun hanya bisa terdiam, menahan tangis dan pahit hidup tanpa kasih sayang seorang ayah...
Kehilangan ayah, terus menghantui dan menjadi cobaan terberat dalam hidupnya. Karena, tidak ada pemimpin lagi dalam keluarganya, mau nggak mau, ibunya pun turun tangan dan hentak kaki untuk memperjuangkan keluarga, “Alhamdulillah.. Ayah sempat meninggalkan kebun karet dan sepetak rumah untuk kami berteduh. Akhirnya, Ibu pun bekerja sebagai petani karet. Namun, Melihat Ibu pergi pagi pulang petang menakik getah, Alle nggak Tega. Ingin rasanya Alle bantu, Tapi ibu bilang “Nggak usah nak, kamu masih kecil, kamu harus belajar yang rajin, buktikan ke-ibu, kalau kamu bisa sukses dan membawa keluarga kita ini, bangkit dari keterpurukan,” gitu kata Ale menirukan ucapan ibunya.
Dukungan dari ibunya itu, membuat Alle termotivasi untuk terus berjuang. Belajar dan belajar. Berharap, suatu saat nanti ia bisa membahagiakan ibunya. Alle-pun disekolahkan di SMPN 1 Rohul, yang jarak sekolah dari rumah memakan waktu dua jam perjalanan. Waktu SMP, merupakan kehidupan terberat baginya. Karena, harus kos dekat sekolah, dan harus jauh dari orangtua. Ia dijatah jajan Rp5 ribu perminggu. itupun, cukup nggak cukup harus dicukup-cukupkan untuk hidup. Kalau, emang nggak ada uang lagi, kadang Alle harus pulang menjemput beras di rumah, atau ke ladang dulu untuk mengambil cabe, bawang, dan sebagainya untuk dimakan. “ Waktu, tak ada jajan, tak ada beli ini, beli itu, tak ada baju lebaran, tak ada kebahagiaan, pokoknya emang serba pas-pasan. Pulang sekolah Alle habiskan waktu untuk membaca dan belajar,” kenang Alle. Berkat kegigihan Mamanya sebagai Wonder Woman dalam keluarga, Alle pun berhasil tamat SMP. dan sekarang perjuangan terakhirnya, sekolah di SMA Muhammadiyah-Rohul.
Waktu SMA, Alle kembali up (semangat lagi. red), karena ia sudah mengenal arti hidup. Berkat prestasi akademisnya, Alle berhasil meraih beasiswa selama SMA. Beasiswa itu benar-benar digunakannya untuk sekolah. “Waktu itu, ada terpikirkan untuk menyelundupkan uang beasiswa ia untuk jajan. Tapi, nggak lah.. ini anugerah dari Tuhan, harus Alle manfaatkan sebaik mungkin. Ntar gara-gara perbuatan ini, Alle nggak selesai sekolah, pasti Ibu akan kecewa. Gara setitik nila, rusak pula susu sebelanga,” ungkapnya dalam hati. Karena pertimbangan itu, diurungkannya-lah niat untuk menikmati beasiswa itu.
Masa SMA pun sudah selesai, ia mau lanjut ke tingka kuliah. Namun, tetangga-tetanga di kampungnya itu, terus menghasut Alle. “Buat apa sekolah tinggi-tinggi, toh presiden udah ada, percuma Le, kuliah itu,” kata Ale lagi mengingat bisikan dari kawan sekampung itu.
Namun, sama sekali ia tak terpengaruh, karena ingat dengan pesan ayah dan merenungkan perjuangan bundanya. “Pokoknya, Alle harus kuliah,” janjinya dalam hati.
Awalnya Alle pesimis, dengan uang yang sangat minim dari ibunya, ia bingung cukup nggak ya untuk kuliah. Ia harus memilih, bekerja bantu keluarga atau terus kuliah dengan biaya minim itu.
Tanpa, babibu, dengan Bismillah.... Alle memilih untuk terus kuliah. Dengan modal nekat, berangkatlah Alle ke Pekanbaru. Dengan dana yang hanya cukup untuk satu semester kuliah itu, Alle mengambil kuliah ektensi di Universitas Riau, Fakultas Ekonomi, Jurusan Manajemen. Sambil kuliah ia coba bekerja di sana sini. Karena, azamnya kuat untuk kuliah dan dengan segala perjuangan titik peluhnya, Alle berhasil mendapat IP 3,7. Berkat IP diatas rata-rata itu, asisten dosen di Kampus nya pun , merekomendasikan Alle untuk bekerja di salah satu CV di Pekanbaru.
Kegigihannya kuliah dan bekerja, membut Alle bisa bernafas lega. Sambil menghembuskan nafas ia bergumam, “Coba kalau dulu Alle, nurutin kata orang kampung, yang bilang sekolah itu percuma aja. Pasti, Alle nggak seperti sekarang” ungkapnya sedikit lega. 6 bulan bekerja, ia bisa menunjukkan prestasi gemilang, tak hanya jadi asisten manajer diraihnya. Sekarang, Alle juga direkomendasikan jadi Direktur utama oleh bos’nya. Ini berkat kerja kerasnya.
Alle diberikan kepercayaan mengelola CV yang akan dibuka oleh pimpinannya itu. Awal Januari 2009 nanti, Alle sudah jadi Direktur Utama. Perjuangan Alle belum berakhir. Ia harus bisa menunjukkan ke ayahnya kalau ia harus bisa lebih dari itu dan bisa menggantikan posisi ayahnya. Membawa keluarganya hidup selangkah lebih maju lagi.
Dengan hati ia berkata pada ayahnya.. “Yah, walau kita udah berbeda dunia, Alle ingin melihat Ayah tersenyum. Alle janji akan membawa ibu ke-Pekanbaru, hidup di Kota yang mengerti arti pendidikan. Coba kalau ayah masih ada, ingin sekali Alle memeluk Ayah.. Yah, maafin Alle ya.. Kalau Alle belum bisa bikin ayah bangga seutuhnya! Yah.. Alle rindu ayah.. doakan Alle ya Yah, tanpa motivasi dari ayah, Alle nggak akan seperti sekarang ini,” ungkap Alle lirih sambil memejamkan mata, seakan-akan ia berbicara dengan ayahnya, sembari itu juga, air matanya juga mulai membanjiri pipinya..
(T_T) .... Udah yah.. xpresi juga nggak tahan melanjutkan percakapan ini, ikut-ikutan sedih. Nggak usah disampaikan, bahwa dari cerita ini, kita udah bisa merasakan, pendidikan itu memang penting, jangan sampai disia-siakan ya.. udah yah.. moga-moga aja cerita Alle ini, jadi insprisi buat kita. xpresi mau nangis dulu..(T_T)
Profil
Nama:
B-Smart Antoni (Alle)
TTL:
Pasirpangaraian,12 Mei ‘85
Alamat :
Jl. Gatot Subroto, No.72
Pekanbaru
Hobi :
Berenang, Shopping
Cita-cita :
Dulu dokter, sekarang mau jadi bisnismen..
Tinggi/Berat:
171cm / 52 Kg
Sekolah:
Eks SMA Muhammadiyah,Rohul
Fekon Unri, Gobah
Nama Orangtua:
Alm Riswandi (Ayah)
Ariani (Ibu)
Prestasi:
Juara Festival Nasyid SMA
Nama cowok ini adalah Bismar Antoni. Kalau dikeren-kerenkan, tulisanya jadi B-Smart Antoni atau akrab di panggil Alle. Katanya nama panggilannya itu bikin hoki. Sejak memakai nama Alle, hidupnya jadi berubah. Masa sih....
Alle lahir di Pasirpengaraian, Rohul. Ia hidup dari keluarga yang lumayan. Ayah-nya seorang pembabat kayu balak. Untuk kehidupan sehari-hari, cukuplah. Namun, seiring berjalan waktu. Kehidupannya mendadak berubah. Ketika ia duduk di kelas 6 SD, seminggu menjelang Ebtanas (kini UN.red) ayahnya terkena musibah, tertimpa pohon, ketika bekerja. “Waktu itu, Alle ingat banget, pas lagi asyik-asyik belajar, tiba-tiba teman ayah datang ke sekolah dan bilang, kalau ayah Alle sudah meninggal. Awalnya, Alle nggak percaya dan ingin membuktikannya. Langsung Ale berlari dan menyusul ke tempat kerja ayah. Ternyata benar.... ayah sudah tidak ada lagi..”
kenang Alle sambil menghapus air mata yang menjalar disekeliling matanya.
Kehilangan sosok figur seorang ayah membuatnya down (jatuh semangat.red). Nggak tau harus mengadu kemana lagi. “Sebelum meninggal, ayah sempat berpesan pada Alle, kalau ayah udah nggak ada, Alle nggak boleh putus sekolah. Apapun yang terjadi, Alle harus sekolah, pendidikan sangat penting nak,” kata Alle menyampai amanat ayahnya itu.
Bersyukurlah, sejak SD, Alle selalu masuk tiga besar, berkat motivasi gurunya, Alle bisa menamatkan SD. Walau dengan biaya terbatas. “Jangan kamu jadikan alasan, tidak ada ayah, maka tidak ada semangat untuk sekolah, kamu harus buktikan kepada warga di kampung di sini, walau kamu seorang anak yatim, kamu harus terus sekolah, buktikan pada mereka kamu bisa sukses, janji sama ibu yah?” pesan sang guru, sambil memegang kedua pundak Alle, dan memeluk Alle, sambil meneteskan air mata semangat untuk Alle. Alle pun hanya bisa terdiam, menahan tangis dan pahit hidup tanpa kasih sayang seorang ayah...
Kehilangan ayah, terus menghantui dan menjadi cobaan terberat dalam hidupnya. Karena, tidak ada pemimpin lagi dalam keluarganya, mau nggak mau, ibunya pun turun tangan dan hentak kaki untuk memperjuangkan keluarga, “Alhamdulillah.. Ayah sempat meninggalkan kebun karet dan sepetak rumah untuk kami berteduh. Akhirnya, Ibu pun bekerja sebagai petani karet. Namun, Melihat Ibu pergi pagi pulang petang menakik getah, Alle nggak Tega. Ingin rasanya Alle bantu, Tapi ibu bilang “Nggak usah nak, kamu masih kecil, kamu harus belajar yang rajin, buktikan ke-ibu, kalau kamu bisa sukses dan membawa keluarga kita ini, bangkit dari keterpurukan,” gitu kata Ale menirukan ucapan ibunya.
Dukungan dari ibunya itu, membuat Alle termotivasi untuk terus berjuang. Belajar dan belajar. Berharap, suatu saat nanti ia bisa membahagiakan ibunya. Alle-pun disekolahkan di SMPN 1 Rohul, yang jarak sekolah dari rumah memakan waktu dua jam perjalanan. Waktu SMP, merupakan kehidupan terberat baginya. Karena, harus kos dekat sekolah, dan harus jauh dari orangtua. Ia dijatah jajan Rp5 ribu perminggu. itupun, cukup nggak cukup harus dicukup-cukupkan untuk hidup. Kalau, emang nggak ada uang lagi, kadang Alle harus pulang menjemput beras di rumah, atau ke ladang dulu untuk mengambil cabe, bawang, dan sebagainya untuk dimakan. “ Waktu, tak ada jajan, tak ada beli ini, beli itu, tak ada baju lebaran, tak ada kebahagiaan, pokoknya emang serba pas-pasan. Pulang sekolah Alle habiskan waktu untuk membaca dan belajar,” kenang Alle. Berkat kegigihan Mamanya sebagai Wonder Woman dalam keluarga, Alle pun berhasil tamat SMP. dan sekarang perjuangan terakhirnya, sekolah di SMA Muhammadiyah-Rohul.
Waktu SMA, Alle kembali up (semangat lagi. red), karena ia sudah mengenal arti hidup. Berkat prestasi akademisnya, Alle berhasil meraih beasiswa selama SMA. Beasiswa itu benar-benar digunakannya untuk sekolah. “Waktu itu, ada terpikirkan untuk menyelundupkan uang beasiswa ia untuk jajan. Tapi, nggak lah.. ini anugerah dari Tuhan, harus Alle manfaatkan sebaik mungkin. Ntar gara-gara perbuatan ini, Alle nggak selesai sekolah, pasti Ibu akan kecewa. Gara setitik nila, rusak pula susu sebelanga,” ungkapnya dalam hati. Karena pertimbangan itu, diurungkannya-lah niat untuk menikmati beasiswa itu.
Masa SMA pun sudah selesai, ia mau lanjut ke tingka kuliah. Namun, tetangga-tetanga di kampungnya itu, terus menghasut Alle. “Buat apa sekolah tinggi-tinggi, toh presiden udah ada, percuma Le, kuliah itu,” kata Ale lagi mengingat bisikan dari kawan sekampung itu.
Namun, sama sekali ia tak terpengaruh, karena ingat dengan pesan ayah dan merenungkan perjuangan bundanya. “Pokoknya, Alle harus kuliah,” janjinya dalam hati.
Awalnya Alle pesimis, dengan uang yang sangat minim dari ibunya, ia bingung cukup nggak ya untuk kuliah. Ia harus memilih, bekerja bantu keluarga atau terus kuliah dengan biaya minim itu.
Tanpa, babibu, dengan Bismillah.... Alle memilih untuk terus kuliah. Dengan modal nekat, berangkatlah Alle ke Pekanbaru. Dengan dana yang hanya cukup untuk satu semester kuliah itu, Alle mengambil kuliah ektensi di Universitas Riau, Fakultas Ekonomi, Jurusan Manajemen. Sambil kuliah ia coba bekerja di sana sini. Karena, azamnya kuat untuk kuliah dan dengan segala perjuangan titik peluhnya, Alle berhasil mendapat IP 3,7. Berkat IP diatas rata-rata itu, asisten dosen di Kampus nya pun , merekomendasikan Alle untuk bekerja di salah satu CV di Pekanbaru.
Kegigihannya kuliah dan bekerja, membut Alle bisa bernafas lega. Sambil menghembuskan nafas ia bergumam, “Coba kalau dulu Alle, nurutin kata orang kampung, yang bilang sekolah itu percuma aja. Pasti, Alle nggak seperti sekarang” ungkapnya sedikit lega. 6 bulan bekerja, ia bisa menunjukkan prestasi gemilang, tak hanya jadi asisten manajer diraihnya. Sekarang, Alle juga direkomendasikan jadi Direktur utama oleh bos’nya. Ini berkat kerja kerasnya.
Alle diberikan kepercayaan mengelola CV yang akan dibuka oleh pimpinannya itu. Awal Januari 2009 nanti, Alle sudah jadi Direktur Utama. Perjuangan Alle belum berakhir. Ia harus bisa menunjukkan ke ayahnya kalau ia harus bisa lebih dari itu dan bisa menggantikan posisi ayahnya. Membawa keluarganya hidup selangkah lebih maju lagi.
Dengan hati ia berkata pada ayahnya.. “Yah, walau kita udah berbeda dunia, Alle ingin melihat Ayah tersenyum. Alle janji akan membawa ibu ke-Pekanbaru, hidup di Kota yang mengerti arti pendidikan. Coba kalau ayah masih ada, ingin sekali Alle memeluk Ayah.. Yah, maafin Alle ya.. Kalau Alle belum bisa bikin ayah bangga seutuhnya! Yah.. Alle rindu ayah.. doakan Alle ya Yah, tanpa motivasi dari ayah, Alle nggak akan seperti sekarang ini,” ungkap Alle lirih sambil memejamkan mata, seakan-akan ia berbicara dengan ayahnya, sembari itu juga, air matanya juga mulai membanjiri pipinya..
(T_T) .... Udah yah.. xpresi juga nggak tahan melanjutkan percakapan ini, ikut-ikutan sedih. Nggak usah disampaikan, bahwa dari cerita ini, kita udah bisa merasakan, pendidikan itu memang penting, jangan sampai disia-siakan ya.. udah yah.. moga-moga aja cerita Alle ini, jadi insprisi buat kita. xpresi mau nangis dulu..(T_T)
Profil
Nama:
B-Smart Antoni (Alle)
TTL:
Pasirpangaraian,12 Mei ‘85
Alamat :
Jl. Gatot Subroto, No.72
Pekanbaru
Hobi :
Berenang, Shopping
Cita-cita :
Dulu dokter, sekarang mau jadi bisnismen..
Tinggi/Berat:
171cm / 52 Kg
Sekolah:
Eks SMA Muhammadiyah,Rohul
Fekon Unri, Gobah
Nama Orangtua:
Alm Riswandi (Ayah)
Ariani (Ibu)
Prestasi:
Juara Festival Nasyid SMA
Comments
Post a Comment