Banyak cara untuk menyiarkan agama Islam. Salah satunya dengan bernasyid. Selain menghibur, nasyid juga membawa pesan mulia dan penyejuk kalbu. Menyenandungkan nasyid membuat hati menjadi tenang. Jiwa pun tentram, karena kita akan dekat dengan Sang Pencipta.
Maka, atas dasar itulah, lima cowok yang berasal dari SMAN 10 Pekanbaru ini mendirikan group nasyid Skadaro_X. Siapa aja nama personilnya? Mereka adalah Yuda Wiranata, Erwan Saputra, Bobby Azlansyah, Ade Febri Pratama dan Edi Kurniawan.
‘’Dengan nasyid, kita bukan cuma bisa bernyanyi. Tapi juga sekaligus berdakwah. Karena setiap syair yang kita senandungkan menyampaikan pesan mulia. Dan, nasyid kini telah diakui dan mendapat tempat di tengah masyarakat,’’ kata Yuda, leader Skadaro_X didampingi personil lainnya ketika ngobrol dengan Xpresi, kemarin.
Group nasyid Skadaro_X ini terbentuk ketika bergabung dengan ekskul Rohis di sekolah mereka. Saat itu, mereka masih kelas satu. Memang sih, kata Bobby, awalnya sekedar hobi.
‘’Namanya dulu bukan Skadaro_X, tapi Skadaex. Nama itu kami ambil dari bahasa sunda yang berarti terserah. Saat itu kami belum punya arah dan tujuan. Hanya sekedar hobi,’’ ujarnya.
Tak lama setelah itu, ketika sudah mempunyai tujuan, nama nasyid itu pun diganti dengan Skadaro_X yang berarti Senandung Kata Dakwah Rohis Sepuluh.
Berbagai prestasi sudah diraih group nasyid ini, diantaranya juara 2 lomba cipta lagu di Jambore Rohis se-Pekanbaru (2007), juara Harapan 1 di Tes Nasyid UIN Suska (2008), juara Harapan 2 di Fenarodel SMAN 8 Pekanbaru (2008), dan menjadi bintang tamu di berbagai acara.
Dalam lomba, menang kalah bukan menjadi persoalan bagi mereka. Yang penting bisa menghibur penonton.
‘’Bagi kami, yang paling penting bisa menghibur penonton. Menang atau kalah nggak menjadi soal. Jadi entertainnya yang kami dulukan. Ketika kami usai tampil, penonton masih teringat dengan penampilan kami,’’ ujar Edi yang diiyakan personil Skadaro_X lainnya.
Menurut mereka, nasyid merupakan hal yang unik. Karena, nggak semua orang bisa bernasyid. ‘’Apalagi membawakan syairnya dengan acapella (irama musik dengan menggunakan vokal). Orang yang pandai bermain musik belum tentu bisa dengan acapella. Kalau nggak terbiasa, bisa batuk-batuk dibuatnya. Bahkan, tenggorokan bisa sakit. Jadi, acapella itu sangat susah,’’ tutur mereka.
Mereka pun sudah mulai menciptakan lagu. Lagu pertamanya dengan judul ‘Ramadan Telah Tiba’. Selain itu, mereka juga mengubah lagu-lagu group band yang populer dengan acapella.
‘’Kami ingin buat album. Kalau bisa, tahun depan albumnya sudah jadi,’’ ucap mereka lagi.
Mereka ini latihan setiap hari Selasa. Kalau ada lomba, latihannya diforsir setiap hari. ‘’Kami latihan sendiri, nggak pakai pelatih. Kami evaluasi sendiri, di mana kekurangan kami. Tapi, terkadang, kami juga minta saran sama kakak alumni (senior nasyid Rohis SMAN 10), bagaimana pendapat mereka dengan lagu yang akan kami bawakan saat lomba nanti,’’ ujar mereka.
Sempat Vakum
Group nasyid ini juga mengalami pasang surut. Bahkan mereka sempat vakum beberapa waktu. Itu disebabkan dengan berbagai faktor, mulai dari rasa jenuh, konflik dan punya kesibukan lain. Akibatnya, mereka gonta-ganti personil. Personil yang bertahan dari awal, yakni Yuda, Bobby dan Erwan.
Ketika ditanya suka dukanya, awalnya mereka terdiam, kemudian tertawa bersama. Lalu, salah seorang diantara mereka, berucap, ‘’Dukanya banyaklah. Salah satunya, susahnya menyatukan jadwal latihan karena bentrok. Ada yang les, dan berbagai kesibukan lainnya. Bahkan ada yang kita jemput ke rumah, rumahnya itu nggak pula dekat dengan tempat latihan.’’
Selain itu, mereka juga pernah tampil tanpa mikrofon. Akhirnya, tangan dijadikan sebagai mikrofonnya.
‘’Pernah suatu ketika, salah seorang dari kita belum juga datang, padahal kita mau tampil. Itu membuat kita jantungan,’’ sambung Edi.
Juga, sesama mereka terkadang ada konflik. ‘’Tapi, kalau sesama kita ada konflik tidak terlalu lama. Selesai marahan, langsung baikkan lagi. Namun, itu yang membuatnya menjadi seru. Di sini, kita harus bisa saling menghargai. Jangan menonjolkan ego masing-masing,’’ timpal Yuda.
Itu semua terobati jika tampil dengan hasil yang membuat penonton terpukau. ‘’Sukanya bisa menghibur penonton,’’ ujar Edi lagi.
Eh, kalian kan sudah kelas XII. Gimana nih dengan group nasyid ini ke depannya? Mereka bilang, mereka akan tetap berlatih nasyid, meskipun sudah kelas XII. Bahkan, sudah tamat pun, nasyid ini tetap dilanjutkan.
‘’Walaupun nanti kami sudah tamat, Insyaallah nasyid ini nggak akan bubar. Karena, kami nggak akan pergi jauh. Kami kuliah mungkin di perguruan tinggi yang ada di Riau ini aja,’’ tutur Edi.
Sekolah mereka juga mendukung kreatifitas yang mereka lakukan ini. Buktinya, setiap perlombaan dibiayai sekolah.
‘’Kami senang bisa mengharumkan nama sekolah. Apalagi guru dan teman di sekolah sangat mendukung kami. Kami nggak mau dong mengecewakan mereka,’’ kata Yuda. (Dodi Putra CCMD-Mahasiswa FKIP UIR/nto)
Maka, atas dasar itulah, lima cowok yang berasal dari SMAN 10 Pekanbaru ini mendirikan group nasyid Skadaro_X. Siapa aja nama personilnya? Mereka adalah Yuda Wiranata, Erwan Saputra, Bobby Azlansyah, Ade Febri Pratama dan Edi Kurniawan.
‘’Dengan nasyid, kita bukan cuma bisa bernyanyi. Tapi juga sekaligus berdakwah. Karena setiap syair yang kita senandungkan menyampaikan pesan mulia. Dan, nasyid kini telah diakui dan mendapat tempat di tengah masyarakat,’’ kata Yuda, leader Skadaro_X didampingi personil lainnya ketika ngobrol dengan Xpresi, kemarin.
Group nasyid Skadaro_X ini terbentuk ketika bergabung dengan ekskul Rohis di sekolah mereka. Saat itu, mereka masih kelas satu. Memang sih, kata Bobby, awalnya sekedar hobi.
‘’Namanya dulu bukan Skadaro_X, tapi Skadaex. Nama itu kami ambil dari bahasa sunda yang berarti terserah. Saat itu kami belum punya arah dan tujuan. Hanya sekedar hobi,’’ ujarnya.
Tak lama setelah itu, ketika sudah mempunyai tujuan, nama nasyid itu pun diganti dengan Skadaro_X yang berarti Senandung Kata Dakwah Rohis Sepuluh.
Berbagai prestasi sudah diraih group nasyid ini, diantaranya juara 2 lomba cipta lagu di Jambore Rohis se-Pekanbaru (2007), juara Harapan 1 di Tes Nasyid UIN Suska (2008), juara Harapan 2 di Fenarodel SMAN 8 Pekanbaru (2008), dan menjadi bintang tamu di berbagai acara.
Dalam lomba, menang kalah bukan menjadi persoalan bagi mereka. Yang penting bisa menghibur penonton.
‘’Bagi kami, yang paling penting bisa menghibur penonton. Menang atau kalah nggak menjadi soal. Jadi entertainnya yang kami dulukan. Ketika kami usai tampil, penonton masih teringat dengan penampilan kami,’’ ujar Edi yang diiyakan personil Skadaro_X lainnya.
Menurut mereka, nasyid merupakan hal yang unik. Karena, nggak semua orang bisa bernasyid. ‘’Apalagi membawakan syairnya dengan acapella (irama musik dengan menggunakan vokal). Orang yang pandai bermain musik belum tentu bisa dengan acapella. Kalau nggak terbiasa, bisa batuk-batuk dibuatnya. Bahkan, tenggorokan bisa sakit. Jadi, acapella itu sangat susah,’’ tutur mereka.
Mereka pun sudah mulai menciptakan lagu. Lagu pertamanya dengan judul ‘Ramadan Telah Tiba’. Selain itu, mereka juga mengubah lagu-lagu group band yang populer dengan acapella.
‘’Kami ingin buat album. Kalau bisa, tahun depan albumnya sudah jadi,’’ ucap mereka lagi.
Mereka ini latihan setiap hari Selasa. Kalau ada lomba, latihannya diforsir setiap hari. ‘’Kami latihan sendiri, nggak pakai pelatih. Kami evaluasi sendiri, di mana kekurangan kami. Tapi, terkadang, kami juga minta saran sama kakak alumni (senior nasyid Rohis SMAN 10), bagaimana pendapat mereka dengan lagu yang akan kami bawakan saat lomba nanti,’’ ujar mereka.
Sempat Vakum
Group nasyid ini juga mengalami pasang surut. Bahkan mereka sempat vakum beberapa waktu. Itu disebabkan dengan berbagai faktor, mulai dari rasa jenuh, konflik dan punya kesibukan lain. Akibatnya, mereka gonta-ganti personil. Personil yang bertahan dari awal, yakni Yuda, Bobby dan Erwan.
Ketika ditanya suka dukanya, awalnya mereka terdiam, kemudian tertawa bersama. Lalu, salah seorang diantara mereka, berucap, ‘’Dukanya banyaklah. Salah satunya, susahnya menyatukan jadwal latihan karena bentrok. Ada yang les, dan berbagai kesibukan lainnya. Bahkan ada yang kita jemput ke rumah, rumahnya itu nggak pula dekat dengan tempat latihan.’’
Selain itu, mereka juga pernah tampil tanpa mikrofon. Akhirnya, tangan dijadikan sebagai mikrofonnya.
‘’Pernah suatu ketika, salah seorang dari kita belum juga datang, padahal kita mau tampil. Itu membuat kita jantungan,’’ sambung Edi.
Juga, sesama mereka terkadang ada konflik. ‘’Tapi, kalau sesama kita ada konflik tidak terlalu lama. Selesai marahan, langsung baikkan lagi. Namun, itu yang membuatnya menjadi seru. Di sini, kita harus bisa saling menghargai. Jangan menonjolkan ego masing-masing,’’ timpal Yuda.
Itu semua terobati jika tampil dengan hasil yang membuat penonton terpukau. ‘’Sukanya bisa menghibur penonton,’’ ujar Edi lagi.
Eh, kalian kan sudah kelas XII. Gimana nih dengan group nasyid ini ke depannya? Mereka bilang, mereka akan tetap berlatih nasyid, meskipun sudah kelas XII. Bahkan, sudah tamat pun, nasyid ini tetap dilanjutkan.
‘’Walaupun nanti kami sudah tamat, Insyaallah nasyid ini nggak akan bubar. Karena, kami nggak akan pergi jauh. Kami kuliah mungkin di perguruan tinggi yang ada di Riau ini aja,’’ tutur Edi.
Sekolah mereka juga mendukung kreatifitas yang mereka lakukan ini. Buktinya, setiap perlombaan dibiayai sekolah.
‘’Kami senang bisa mengharumkan nama sekolah. Apalagi guru dan teman di sekolah sangat mendukung kami. Kami nggak mau dong mengecewakan mereka,’’ kata Yuda. (Dodi Putra CCMD-Mahasiswa FKIP UIR/nto)
Comments
Post a Comment