Oleh Muhammad Amin
amin_ripos@yahoo.com
Salah satu salat malam yang dianjurkan untuk rutin dilaksanakan adalah salat hajat. Salat hajat berkaitan langsung dengan keinginan hamba kepada Tuhannya. Bisa jadi, salat hajat merupakan salah satu salat sunnah yang ‘’favorit’’ bagi hamba-hamba Tuhan yang haus dan harap pada anugerah-Nya.
Setidaknya manfaat salat hajat dapat diklasifikasikan dalam dua kategori, yakni fisik dan non fisik. Yang dimaksud dengan kategori fisik adalah kegunaan secara zahir (tampak) dan dapat dirasakan serta dinikmati langsung seketika itu juga dalam tempo singkat.
Misalnya, seseorang berhajat memperoleh pekerjaan pada sebuah perusahaan. Sementara itu yang melamar sangat banyak, dengan kualitas skill yang memadai. Di tengah ketatnya persaingan itu, ia melakukan ritual salat hajat agar ia bisa diterima. Maka hajatnya pun diijabah Allah dan selanjutnya dia diterima di perusahaan itu, sedangkan yang lain tidak.
Ada juga manfaat salat hajat yang tak serta merta dapat dirasakan umat. Doa-doa dalam salat hajat itu tetap dikabulkan, namun tak begitu tampak secara zahir. Rezeki yang diminta, misalnya tak datang dalam bentuk uang atau materi lainnya, namun bisa dalam bentuk kesehatan yang terjaga, anak yang baik, dan kebahagiaan keluarga. Atau salat hajat itu buahnya dapat dirasakan nanti di akhirat.
Dalam kisah-kisah para sahabat, tabiin dan orang-orang saleh, umumnya manfaat salat hajat dapat langsung dirasakan. Kisah umat terdahulu seperti Nabi Ayyub as dengan penyakit anehnya, kisah Abdullah, seorang tabiin dan kisah sahabat Nabi SAW, membuktikan keampuhan dan kekhasan salat hajat.
Salah satu kekhasan salat hajat dengan salat lainnya adalah ritual wuduk yang harus benar-benar disempurnakan. Bahkan tabiin Abdullah melanjutkan wuduk dengan mandi. Hal itu menunjukkan bahwa kebersihan jiwa dan raga sangat penting sebelum melaksanakan ibadah salat hajat.
Dari beberapa kisah pelaksanaan salat hajat baik di masa Nabi maupun sesudahnya dapat diketahui, bahwa salat hajat yang didahului dengan mandi dan menyempurnakan wuduk akan lebih efektif manfaatnya dari pada tidak. Wuduk, adalah simbol dan sarana pensucian diri, dan itu akan menjadi sarana yang baik untuk memohon anugerah ilahi.
Dalam praktiknya, dari kisah-kisah orang terdahulu, terdapat banyak sekali manfaat salat hajat. Di antaranya adalah untuk mempercepat tercapainya keinginan yang diidamkan, memperkokoh kekuatan iman, memperoleh rezeki, menyembuhkan penyakit, memperoleh pekerjaan yang sulit didapatkan, termasuk mendapatkan jodoh.
Buku The Power of Shalat Hajat ini memaparkan banyak sekali aspek mengenai salat hajat, mulai dari sejarahnya hingga manfaat dan tata cara melaksanakannya. Buku ini juga memuat beberapa orang yang merasakan benar manfaat salat hajat secara langsung. Di antaranya adalah Nabi Ayyub AS, tabiin Abdullah, lalu beberapa orang zaman sekarang. Ditulis seorang doktor ilmu syariah, tentunya buku ini memiliki memiliki kekuatan dan tingkatannya tersendiri. Dilengkapi dengan beberapa ayat dan hadits pendukung, serta catatan beberapa ulama serta kitab fiqh, buku ini tentu layak menjadi referensi.***
amin_ripos@yahoo.com
Salah satu salat malam yang dianjurkan untuk rutin dilaksanakan adalah salat hajat. Salat hajat berkaitan langsung dengan keinginan hamba kepada Tuhannya. Bisa jadi, salat hajat merupakan salah satu salat sunnah yang ‘’favorit’’ bagi hamba-hamba Tuhan yang haus dan harap pada anugerah-Nya.
Setidaknya manfaat salat hajat dapat diklasifikasikan dalam dua kategori, yakni fisik dan non fisik. Yang dimaksud dengan kategori fisik adalah kegunaan secara zahir (tampak) dan dapat dirasakan serta dinikmati langsung seketika itu juga dalam tempo singkat.
Misalnya, seseorang berhajat memperoleh pekerjaan pada sebuah perusahaan. Sementara itu yang melamar sangat banyak, dengan kualitas skill yang memadai. Di tengah ketatnya persaingan itu, ia melakukan ritual salat hajat agar ia bisa diterima. Maka hajatnya pun diijabah Allah dan selanjutnya dia diterima di perusahaan itu, sedangkan yang lain tidak.
Ada juga manfaat salat hajat yang tak serta merta dapat dirasakan umat. Doa-doa dalam salat hajat itu tetap dikabulkan, namun tak begitu tampak secara zahir. Rezeki yang diminta, misalnya tak datang dalam bentuk uang atau materi lainnya, namun bisa dalam bentuk kesehatan yang terjaga, anak yang baik, dan kebahagiaan keluarga. Atau salat hajat itu buahnya dapat dirasakan nanti di akhirat.
Dalam kisah-kisah para sahabat, tabiin dan orang-orang saleh, umumnya manfaat salat hajat dapat langsung dirasakan. Kisah umat terdahulu seperti Nabi Ayyub as dengan penyakit anehnya, kisah Abdullah, seorang tabiin dan kisah sahabat Nabi SAW, membuktikan keampuhan dan kekhasan salat hajat.
Salah satu kekhasan salat hajat dengan salat lainnya adalah ritual wuduk yang harus benar-benar disempurnakan. Bahkan tabiin Abdullah melanjutkan wuduk dengan mandi. Hal itu menunjukkan bahwa kebersihan jiwa dan raga sangat penting sebelum melaksanakan ibadah salat hajat.
Dari beberapa kisah pelaksanaan salat hajat baik di masa Nabi maupun sesudahnya dapat diketahui, bahwa salat hajat yang didahului dengan mandi dan menyempurnakan wuduk akan lebih efektif manfaatnya dari pada tidak. Wuduk, adalah simbol dan sarana pensucian diri, dan itu akan menjadi sarana yang baik untuk memohon anugerah ilahi.
Dalam praktiknya, dari kisah-kisah orang terdahulu, terdapat banyak sekali manfaat salat hajat. Di antaranya adalah untuk mempercepat tercapainya keinginan yang diidamkan, memperkokoh kekuatan iman, memperoleh rezeki, menyembuhkan penyakit, memperoleh pekerjaan yang sulit didapatkan, termasuk mendapatkan jodoh.
Buku The Power of Shalat Hajat ini memaparkan banyak sekali aspek mengenai salat hajat, mulai dari sejarahnya hingga manfaat dan tata cara melaksanakannya. Buku ini juga memuat beberapa orang yang merasakan benar manfaat salat hajat secara langsung. Di antaranya adalah Nabi Ayyub AS, tabiin Abdullah, lalu beberapa orang zaman sekarang. Ditulis seorang doktor ilmu syariah, tentunya buku ini memiliki memiliki kekuatan dan tingkatannya tersendiri. Dilengkapi dengan beberapa ayat dan hadits pendukung, serta catatan beberapa ulama serta kitab fiqh, buku ini tentu layak menjadi referensi.***
Comments
Post a Comment