Skip to main content

Cerita Senjakala - Puisi

Cerita Senjakala

Dekapan angin laut di gelap malam,
kian menyusur tiba
simbah keringat berbancuh asin laut menguap ke langit
kerut kulit mulai separuh tampakkan parit-parit kerentaan
sedang muak pudar dalam rangkul senyum waktu menjelang malam
senjakala, gerak kedidi mencatuk-catuk tobir

hilang dalam kelamnya senja yang menua
riak pasang mulai meninggi naik meretas lekuk-lekuk pantai
lalu menenggelamkan akar bakau menyisakan tobir-tobir dungu
di tepian panglung arang tempat melabuh asa
semalam dalam nyenyak mimpi waktu pagi
bila pagi datang dengan silau cahaya
ketika semalam suntuk bergelut dengan resah
lalu berbekal biduk, rambah muara ke muara
mengintip rezeki dari gelimang ikan-ikan ranap
letikan udang-udang yang mulai satu-satu menyangkut ke jaring jala
karena limbah mulai merenda warna
menciptakan abu-abu warna bagi esok-esok yang belum pasti
terus kayuh susuri timpasnya air laut
mata mengintip riak gelombang renang ranap-ranap
sekali-sekali menyeka bulir-bulir keringat di pelipis
siulan irama hati hiasi bibir pucat itu
gemercik air kayuhan mengikuti rentak siul
sedapat mungkin tersenyum
di wajah tuanya ada segunung harap menerpa
kepada waktu tersisa menitipkan doa
moga warna abu-abu renda berubah menjelmaintan,
dan diletakkan di tepian panglung arang
dalam sebuah biduk menuju esok

-----------------------------------
Pekanbaru, 24 Mei 2008
Puisi Senja Kala oleh Jasman, aktif di Komunitas Bangas Bersorak.

Comments

Paling Banyak Dibaca