Skip to main content

Cerpen tentang Misteri

Cerpen Misteri - Berikut adalah koleksi langka cerpen kami, sebuah cerpen bertema misteri. Memang cerpen remaja maupun dewasa di Indonesia sangat jarang sekali mengangkat tema misteri, karena selain alurnya harus menenganggkan, sebuah misteri juga butuh setting dan waktu yang lebih detail. Tapi apa, disini ada cerpen misteri, nikmati saja....
-----------------------------


Misteri Gudang Sekolah

cerpen misteri, cerpen tentang misteri, sekolah misteriSEPERTI biasa mentari menjalankan tugas rutinnya menyinari dunia, tak ada yang tahu kapan mentari mulai menutup mata untuk kehidupan.Para manusia sibuk dengan aktivitas dan kehidupannya masing, termasuk Ve, dan teman temannya. Pagi baru menjelang, sementara Vita, Vi, Ve, Tra, dan Uci, baru saja sampai di sekolah tempat mereka menuntut ilmu dan menjangkau dunia, untuk masa depan.

‘’Ve, ada PR nggak hari ini?’’ tanya Vi spontan.
‘’Kayaknya ada deh, buat besok,’’ jawab Tra sambil menatap Vi serius.
‘’Aduh Tra, aku nanya buat hari ini, bukan buat besok, nggak
nyambung banget sih,’’ucap Vi, lalu spontan Vi dkk tertawa terbahak-bahak, tapi nggak sampai berdahak lho, karena ketulalitan Tra.

Bel masuk telah berbunyi, menandakan para siswa, akan berjuang menjangkau dunia melalui ilmu yang mereka genggam. Masuk . . . masuk . . . teriak bu guru muda itu, sambil mengikuti para siswanya masuk kelas.

Berselang dua mata pelajaran berlalu, lonceng mulai memecahkan suasana kelas. Para siswa berhamburan keluar kelas, menuju kantin di pojok sekolah. Tujuannya sudah pasti, untuk mengisi perut yang sudah mengkerut. Tak jarang kantin juga mereka jadikan tempat nongkrong dan menceritakan orang, hal ini yang sering dilakukan Vi dan ganknya, setiap harinya begitu juga murid lainnya.

Tak lama berselang terdengar panggilan seorang guru dari meja piket yang memanggil semua siswa agar berkumpul di aula sekolah. Semua siswa diharapkan berkumpul di aula sekolah sekarang juga Teriak seorang guru tua, yang berkumis tebal itu. Tampak mimik wajah guru ini menunjukkan muka kesedihan walaupun tampangnya juga menyedihkan.

Para siswa berhamburan ke pusat suara, karena penasaran bercampur bingung atas apa yang akan di umumkan.

‘’Kita mendapat kabar buruk, saat ini sekolah kita terancam, karena tanah sekolah ini bersengketa dengan seorang pengusaha dari Belanda, untuk itu kami memutuskan kegiatan belajar-mengajar dipindahkan ke sekolah milik keluarga kepala sekolah yang sudah lama kosong, kita akan menempati sekolah itu walaupun letaknya jauh dari keramain kota,’’ jelas guru tua itu panjang lebar.

‘’Asyik dapat teman baru,’’ girang Tra sambil melonjak-lonjak.
‘’Aduh... enggak nyambung banget sih. Sekolah yang kita tempati kosong mau teman sama siapa...? Hantu...!!!?" bentak Vi sambil melototi Tra tajam.

Hari pertama mereka sampai di sebuah sekolah baru yang ternyata gedung sekolah tua. Sesampai di gedung itu para guru manempatkan para siswa di kelasnya masing-masing. Setelah dihitung, ternyata kelas kurang. Vi dan teman-temannya yang lain pun tidak mendapat kelas. Akhirnya para guru memutuskan agar sebuah gudang di sudut sekolah dibuka dan di bersihkan. Vi dkk pun mulai membersihkan gudang itu.

‘’Uci kamu sapu yang sebelah sana,’’ teriak Vi dari pintu kelas.
‘’ Iya.. iya,’’ jawab Uci segera.

Saat Uci menyapu lantai, Uci menemukan batu retakan lantai gudang, karena mengganggu pemandangan batu itu dibuang Uci keluar kelas dan membiarkan lantai itu berlubang. Tak lama Uci melempar batu, seeet..., suara angin begitu terasa melintas di belakang Uci. Tubuh Uci sejenak terdiam mematung menatap lurus ke depan. Setelah angin sudah tidak terasa, barulah Uci menghembuskan nafas pajangnya. Lalu Uci teriak sambil berlari mengambil langkah seribu menuju keluar gudang.

"Ada apa? kamu kenapa?’’ tanya Vi spontan.
Nafas Uci masih sesak. "Sepertinya kelas ini seram deh, ada hantunya kali ya?’’ sebut Uci sambil menarik nafas dalam-dalam.

‘’Apaan sih kamu aneh- aneh saja, nggak ada hantu di sini,’’ jawab Vi cengengesan.
"Benar, pasti ada,’’ Uci kembali meyakinkan.
‘’Sudah, sudah, kembali bekerja," teriak Vi sambil menyapu-nyapu halaman gudang.
Uci hannya terdiam dan kembali bekerja. Apa aku salah atau bener ya atas kejadian tadi? Tanya Uci dalam hati, sambil mencabuti rumput di depan halaman gudang.

Semua telah dibersihkan, Vi dkk mulai belajar hari itu juga. Semua belajar dengan semangat, walaupun tempat yang mereka tempati lumayan menyedihkan.
Lonceng tanda akhir pelajaran berbunyi, para siswa berhamburan keluar kelas. Vi dkk yang biasanya ceria kini lesu, duduk di bangku kelas. Kiranya hal itu terjadi karena di sekolah baru belum ada kantin.

‘’Em... enak,’’ cetus Vita memakan roti yang ada di genggamannya.
‘’Sepertinya aku kenal dengan makanan itu, itu punya aku kan?" tanya Vi sambil menatap Vita serius.

‘’Enak saja kamu,’’ jawab Vita membela diri.
‘’Aku dapat kok,’’ sambung Vita kembali.
‘’Memang kamu dapat di mana?’’ Tanya Vi sambil marah-marah.
‘’Di tas kamu!’’ jawab Vita seperti tidak bersalah.

Vi makin marah dan berusaha merebut makanan itu, karena asyik
berebutan, makanan tersebut terjatuh di lantai, sejenak keduanya terdiam menyesal, dan merasa rugi besar, karenakehilangan makanan kecil.

Secepatnya Vita melesat menuju bawah meja. Ke sana-sini, tangan Vita telah menjelajahi lantai di sekitar tempat duduknya, sejenak Vita terdiam menatap lurus ke depan, dan mematung.
"Aaaaa..." pekik Vita memecahkan keheningan. Lalu dia melesat
keluar kelas. Tidak hanya Vita, teman-teman yang lain pun ikut memekik, segera berlarian menuju luar kelas.

Nafas Vita terengah-engah sampai di luar kelas. Sama seperti ketika pertama kali memekik, Vita diam mematung menatap lurus kedepan. Terbayang semua kejadian yang baru membayanginya, berupa tragedi pembunuhan seorang siswa yang dilakukan alumni tempat dia sekolah saat ini.

"Tolong... tolong..." teriak murid itu merintih kesakitan, tancapan pisau yang dilayangkan berulang-ulang kali oleh beberapa siswa nakal tersebut mengakibatkan siswa itu mati, kemudian dikuburkan di gudang untuk menghilangkan jejak.

Tiba-tiba saja Vi mendadak menepuk bahu Vita, sehingga semua lamunan Vita buyar. Lalu dengan langkah gontai Vita kembali menuju ke bangku yang di dudukinya tadi. Secepatnya Vita mencari apa yang di takutkannya tadi, ke sana-sini Vita meraba-raba.

Vita kembali terdiam setelah memegang lubang yang ia dapati di bawah meja belajarnya. Vi dan kawan-kawan pun kebingungan melihat tingkah Vita yang aneh.
‘’Nanti malam kita harus ke sini!’’ tegas Vita mendadak.
Sementara yang lain bingung melihat tingkah Vita yang aneh. Malam menjelang, Vita dan kawan-kawan sampai di sekolah itu dan segera menuju gudang.
‘’Vita, kamu kenapa bawa-bawa cangkul?’’ tanya Ve keheranan.

Malam itu suasananya begitu sunyi dan mencekam. Vita segera menuju lubang yang didapatinya tadi siang dan segera menancapkan ujung cangkul yang tipis itu kelantai berlubang kecil itu. Tak berapa lama lantai dalam gudang runtuh ke bawah membentuk lubang besar dan dalam.
"Aaa... tolong..." teriak Vita dan kawan-kawan yang ikut
dalam reruntuhan lantai, dan masuk ke dalam lubang.

Semua menghilang hanya keheningan yang ditemani suara jangkrik yang berisik di keheningan sekolah itu. Vita dan kawan-kawan lenyap begitu saja.
Pagi menjelang, para guru dan siswa dikejutkan dengan mayat para siswa. Mereka adalah Vita dan kawan-kawan. Mereka mati mengenaskan berlumuran darah dan bergelimpangan tepat di lingkaran lubang gudang yang di jadikan ruang kelas itu.
Akhirnya yang aku takutkan selama ini terjadi, ucap kepala
sekolah dalam hati.

Saat kejadian pembunuhan yang dilakukan oleh beberapa siswa beberapa tahun lalu, ternyata kepala sekolah mengetahuinya dan tidak mau membicarakannya kepada siapapun. Hal itu karena ancaman para siswa nakal tersebut terhadap keluarga kepala sekolah.
Akhirnya sekolah itu kembali ditutup, para siswa dipindahkan ke sekolah Tunas Harapan yang bersedia menampung para siswa. Sekolah itu kembali sunyi, hanya jangkrik yang ribut memecah kesuyian tempat itu.

***
-----------------------------
Cerpen tentang Misteri ini hasil pena Nila Novita S, SMUN 12 KM 3 asal Panam - Kota Pekanbaru.

Comments

Paling Banyak Dibaca