Skip to main content

Dhaniel, Sebuah Cerpen Waktu UN (Ujian Nasioanl)

Siapa bilang disini tidak ada cerpen dalam setting Ujian Nasional atau UN, judulnya nama seorang cowok, salah satu tokoh dalam cerpen (cerita pendek) yang terjadi saat UN akan berlangsung, cerita ini sangat mellow, diilhami kisah nyata oleh salah seorang mahasiswi yang pernag melawatkan masa-masa UN meneganggkan, langsung aja deh simak....
--------------------------

Dhaniel

Cerpen tentang UN, DhanielAKU bahagia sekali, karena sebentar lagi akan kuliah. Memakai baju bebas sesuai dengan keinginan, mendapatkan banyak teman dan tentunya tidak mendengarkan omelan mama yang selalu menyuruhku bangun dari tidur agar tidak terlambat ke sekolah. UN semakin dekat, aku harus benar-benar belajar ekstra untuk bisa mengikuti ujian dengan baik dan tentunya hasilnya harus memuaskan. Setiap hari, mulai pagi sampai siang sekolah, selesai sekolah, terobosan sampai sore, dan malamnya, les bimbingan di luar.

’Mel, soal-soal ekonomi yang kemarin disuruh bu Nani fotokopi, bawa enggak, aku pinjam dong, mau fotokopi juga,’’kata Iren, salah satu sahabatku.
‘’Tenang Ren, sudah aku lebihkan kok,’’kataku langsung memberikan soal-soal itu kepadanya.‘’Makasih ya Mel, baik banget kamu. Oh ya Mel, gomong-ngo
mong gimana cowok yang pernah Mel ceritakan ke aku kemaren, dia masih mendekati Mel enggak,’’ tanya Iren dan pertanyaan itu sempat mengagetkanku.
‘’Gimana ya, aku bingung Ren. Dia benar-benar suka sama aku, terus dia berani juga nembak aku,’’sebutku.

‘’Duh Mel, selamat ya, berarti tiap malam Minggu jarang di rumah nih, sudah ada yang ngapelin,’’ cetusnya. ‘’Iren, aku belum jadian. Kemaren, aku belum bisa jawab iya sama dia. Aku minta waktu untuk mikir-mikir dulu,’’ungkapku pelan.

‘’Lho,kok pakai mikir lagi, kalian kan sudah suka sama suka,’’ tutur Iren heran.
‘’Iya, tapi aku mikir UN Ren. Aku takut, gara-gara ini, konsentrasi belajarku hilang terus bisa-bisa aku gak lulus. Putus harapankujadi mahasiswa,’’jelasku.

‘’Tidak seperti itulah Mel. Kalian kan bisa atur sendiri pacarannya. Mana waktu buat belajar dan waktu buat pacaran. Lagipula, dia juga pasti mikir tentang UN nanti. Bukan Mel saja,’’ Kata Iren meyakinkanku.

***

PUKUL 21.00 WIB, waktu belajarku habis dan waktunya tidur.
Ini selalu kulakukan tepat waktu. Mama yang selalu mengajariku begini semenjak aku duduk di bangku SD. Diajari berdisplin pada waktu. Tapi, untuk malam ini tidak, aku beranjak dari meja belajarku menuju ke teras kamar, menikmati suasana malam. Banyak bintang-bintang kecil yang setia menerangi indahnya malam ini, udara yang terasa dingin, dan suasana yang sunyi dan hening. Aku menikmati semua ini.

Aku kaget, ponselku berdering. Aku cepat-cepat masuk ke kamar mengangkatnya lalu keluar lagi ke teras. Kulihat, nomor baru yang tak terdaftar di ponselku dan aku langsung mengangkatnya. Aku terkejut, mendengarkan suara yang benar-benar kukenal.
‘’Hai Mel, ini aku Dhaniel,’’katanya memulai pembicaraan.
"Iya, sudah tahu. Ada apa Dhaniel,’’ tanyaku.

‘’Tidak ada, cuma kangen saja, Belum tidur,’’ sebutnya.
‘’Kangen, sepertinya baru semalam ketemu. Benar cuma kangen saja tidak ada yang lain,’’ kataku pura-pura nggak tahu kalau sebenarnya dia pasti meminta jawaban atas pertanyaannya kemarin.

‘’Benar Mel, kangen," ulangnya.
‘’Lagi ngapain?’’ tanyaku mengalihkan pertanyaan.


‘’Tidak lagi ngapa-ngapain. Cuma mandangin langit Mel, banyak bintangnya."
Aku terkejut mendengarkan ucapan yang baru diucapkannya itu."Kenapa dia sama seperti aku. Sedang memandang langit yang ditaburi bintang,’’kataku dalam hati sampai terdiam sejenak.

***

Aku telah menemukan jawaban yang terbaik. Aku akan menerima dia sebagai pacarku, tetapi dengan beberapa syarat. Selama menjelang UN dan selasai UN, tidak ada yang namanya jalan-jalan. Yang ada cuma menelepon, itu pun sepekan sekali, hanya hari Sabtu.
Kalau dalam mengikuti bimbingan les, nggak boleh ngobrol, kecuali ngobrolin tentang pelajaran. Dan satu lagi, enggak ada SMS membicarakan cinta.


Dia menyetujui persyaratan yang kubuat. Dia juga mengerti betul, mengapa aku sampai membuat syarat yang terlalu berlebihan seperti itu. Ini aku lakukan agar ujian nanti tidak terganggu dengan hal-hal yang tak diinginkan.

***

AKU bahagia atas keputusanku. Saking bahagianya bila perlu aku akan menuliskan perasaan bahagia ku ini di buku harian. Karena aku telah menemukan cinta pertamaku. Cinta yang tak pernah aku dapatkan sebelummya.
Walaupun dipisahkan dengan syarat-syarat yang konyol yang aku buat sendiri. Tapi aku menikmatinya. Aku yakin, suatu saat aku akan mendapatkan kebahagian yang sempurna dengan cintaku ini.

***

SUDAH dua pekan aku menjalani masa pacaran bersama Dhaniel. Cukup menyenangkan bagiku. Terkadang ada niat untuk melanggar peraturan itu, tapi aku dan Dhaniel dapat mencegahnya. Waktu mengikuti les juga benar benar difokuskan untuk belajar. Hanya hari Sabtu saja, kami bisa saling menikmati masa pacaran kami walaupun hanya dengan lewat telepon saja. Semoga saja pengorbanan ini dapat membuahkan hasil yang terbaik. Bisa lulus UN dan kuliah bareng.

***

SELASA, 17 April 2007 telah tiba. Ujian dilaksanakan tiga hari berturut-turut. Segala doa dan usaha telah dilakukan. Semoga harapanku, bisa lulus ujian dan menjadi mahasiswa bareng Dhaniel, bisa terwujud, Amin. Doa itu selalu mengawaliku setiap memulai mengerjakan soal-soal ujian.

***

BAGIKU, kalau membicarakan UN, pasti langsung kepikiran Dhaniel. Selama menunggu hasil ujian, kuhabiskan waktuku buat jalan-jalan bersama Dhaniel. Berbicara tentang ujian kemarin dan rencana ikut SPMB. Pokoknya sangat membahagiakan. Selama ini, aku nggak pernah sebahagia ini.

***

MEL, aku tidak lulus. Tidak lulus Mel. Seseorang menghampiriku dan langsung menghilang begitu saja dari hadapanku. Aku bangun dan tersentak dari tidurku. Duh, cuma mimpi, kataku.
Kenapa aku mimpi seperti ini, siapa yang ada di mimpi tadi. Tidak lulus, siapa, aku membatin
sambil terdiam dan masih terbayang dengan mimpi itu.

***

UDARA dingin sekali, aku tidak bisa tidur. Padahal, aku harus bangun pagi-pagi. Besok hari bersejarah bagiku selama di SMA. Acara corat-coretan baju, pasti seru. Dari dulu ingin sekali merasakannya. Ingat dulu pertama kali duduk di bangku SMA kelas 1, ngomong ke mama tentang corat-coret tamat SMA nanti. Eh, NGgak taunya tidak diizinkan. Katanya, sayang banget bajunya dicorat-coret, lebih baik di sumbangkan saja kepada orang yang memerlukaN.

***

‘’MA, baju putih abu-abu Mel sudah diseterika?’’ tanyaku nggak sabaran karena bangun kesiangan.
‘’Sudah di lemari. Kamu tuh, sudah tahu hari ini ke sekolah, tidur kemalaman. Ngapain saja, sibuk nyari spidol buat coret coret baju,’’ kata mama mulai marah.
‘’Maaf Ma, Mel tidak bisa tidur semalam, habis dingin sekali," kataku sedikit takut.
"Ma, rotinya Mel bawa ke sekolah saja,makannya di sekolah ya. Dah Mama,’’ kataku langsung mencium mama dan langsung pergi ke sekolah.
Sampai di sekolah. Teman-temanku langsung memberitahukan kalau aku lulus. Aku senang, selesai sudah semuanya. Kerja kerasku membuahkan hasil yang memuaskan. Duh jadi mahasiswa juga akhirnya.
‘’Mel, mulai ya corat-coretnya,’’ kata Gita enggak sabaran.
‘’Eh tunggu, ponsel ku berdering, duluan saja, nanti aku nyusul."
Dhaniel yang menelepon, pasti dia mau memberi tahu kalau dia lulus. Duh, sama deh Dhaniel kataku dalam hati.
‘’Mel, Dhaniel gak lulus,’’ ucap Dhaniel pelan.
Kata-kata itu mengagetkanku dan aku tidak bisa bicara sepatah katapun. Dhaniel langsung mematikan ponselnya. Air mataku mulai keluar mendengar ucapan Dhaniel tadi. Aku masih belum percaya dengan semua ini. Aku nggak tahu mesti gimana. Hari itu, kuputuskan pulang ke rumah.

‘’Mel, lulus?’’ tanya mama yang tidak sabaran mendengar jawabanku.
‘’Lulus Ma,’’jawabku langsung masuk kamar dan mengunci pintu.
‘’ Lulus, kok nangis ? Terus bajunya kok gak ada coret-coret?’’ tanya mama heran dari luar kamar.

‘’Ma, hari ini, Melda nggak mau ketemu sama siapa-siapa,’’ucap Melda dengan suara serak.
‘’Mel, ada apa?’’ tanya mama yang memaksaku untuk menjawab pertanyaannya. Aku nggak mempedulikan omongan mamaku. Aku menangis dan terus mencoba menghubungi Dhaniel. Tapi, dia nggak mau mengangkatnya. Dia pasti sedih sekarang. Belum lagi orangtuanya, pasti marah besar.

***

AKU nggak tahu lagi mesti gimana, perasaanku bercampur aduk. Sudah seminggu ini dia tidak memberiku kabar. Aku tidak tahu kondisinya sekarang. Aku teringat, ternyata mimpiku itu benar. Dhaniel yang ada di mimpi itu. Apa yang selama ini aku harapkan tidak kesampaian. Aku tidak bisa kuliah bersama Dhaniel.

Angan-anganku salah. Aku kira, pengorbanan yang aku lakukan bersama Dhaniel waktu menghadapi UN kemarin membuahkan hasil yang bagus. Tapi, kenyataannya tidak, sekarang, Dhaniel yang seutuhnya benar-benar merasakan pahitnya kenyataan ini. Mungkin bisa jadi dia marah kepada aku karena apa yang aku lakukan dulu sewaktu baru jadian tidak ada hasil alias nihil.

Ya Tuhan, apa yang harus kulakukan sekarang, aku tidak bisa berbuat apa-apa untuknya. Kuputuskan mengirim pesan singkat lewat ponsel kepadanya. Aku memohon kepadanya agar dia mau menghubungiku, karena aku ingin sekali menemani dia sekarang ini. Dan aku mengancam aku tidak akan memaafkan diriku sendiri dan enggak akan melanjutkan ke perguruan tinggi, kalau Dhaniel tetap tidak mau menghubungiku.
Usahaku tetap saja gagal. Dhaniel belum mau menelfonku. Dia masih belum mau bicara denganku. Air mataku terus mengalir. Aku tidak tahu sampai kapan aku terus begini.

Malam semakin larut, aku mencoba menenggelamkan kepalaku ke dalam selimut agar mataku bisa terpejam menghilangkan kesedihanku yang tak kunjung selesai.
Tiba-tiba ponselku berdering ada panggilan masuk. Aku langsung mengangkatnya. Terdengar suara yang benar-benar aku harapkan selama ini. "Mel, maafin Dhaniel, sejak pengumuman itu, jarang hubungi Melly. Dhaniel sedih banget Mel. Apa yang kita rencanakan dulu nggak tercapai. Dhaniel nggak marah sama Melly. Mungkin ini cobaan untuk Dhaniel, Mel. Mungkin apa yang terjadi sekarang ini akibat kesalahan Dhaniel juga."

Aku terdiam. "Dulu, sebelum ketemu sama Melly, Dhaniel orangnya bandel, banyak main dan sering cabut sekolah. Tapi setelah ketemu Melly, Dhaniel berubah. Ya berubah, karna mau mendekati Melly. Tapi perlahan Dhaniel sadar Mel. Berubah bukan hanya karna Melly tapi untuk masa depan Dhaniel sendiri dan orangtua. Eh Mel, jangan ngomong gitu lagi ya, tidak kuliahan segala. Dhaniel marah Mel," kata Dhaniel sedikit membuat perasaanku lega.

‘’Terus rencana sekarang apa?’’ tanyaku.
‘’Tidak tahu Mel, tapi orangtua Dhaniel sudah ada rencana untuk Dhaniel. Mel doakan ya, walaupun terlambat masuk kuliahnya, semoga kita bisa sama-sama kuliah nanti,’’ucapnya.

--------------------------
Cerpen UN tentang kisah remaja diatas ditulis oleh mahasiswi Fakultas Ekonomi Pembangunan UNRI angkatan 2007.

Comments

  1. ceritanya kurang seru dan kurang menarik cobadeh diperbaiki lagi , karena cerita di atas terlalu bosa-basi

    ReplyDelete

Post a Comment

Paling Banyak Dibaca