Skip to main content

Rimby

Aku masih setia dengan pena di tangan dan sebuah catatan kecil yang diberikan Rimby padaku pada saat dia berangkat ke Bali dengan alasan melanjutkan pendidikan SMA-nya di sana. Aku hanya bisa meng-iyakan saat dia memintaku untuk setia menunggunya dalam rentang waktu 4 tahun. Tanganku juga masih menari-nari menggambarkan keindahan Pantai Air Manis, Padang yang berada di hadapanku. Aku terus menuliskan puisi yang entah keberapa kalinya aku persembahkan untuk Rimby.

Semarak gulungan ombak semakin menyiksaku
Nyanyian burung kecilpun juga kembali menyakitiku
Mengingatkan aku pada lumba-lumba kecil yang kupunya
yang kini berenang jauh meninggalkanku
Aku hanya mampu mematung
menyaksikan.........
menunggu...........
dan mengharapkan
lumba-lumba kecilku kembali
membawaku dalam kedamaian
dan menenangkanku dari gulungan ombak
yang kian menyiksaku
Kemudian akupun kembali menyobek kertas itu dan melemparkannya ke hamparan gulungan ombak yang semakin tinggi. Mungkin penantianku akan berakhir karena tahun ini adalah tahun keempat Rimby di Bali.


Terkadang selama penantianku ingin rasanya aku mengunjunginya ke Bali namun alasan yang dikemukakannya membuatku tak berani melanjutkan niatku. Padahal aku juga ingin menikmati keindahan Pantai Kuta di saat matahari tenggelam. Kudengar dari abangku Bayu yang kuliah di sana, langit Bali sangat indah, apalagi pada sore hari. Namun, aku tak pernah bisa untuk mengingkari janjiku pada Rimby untuk tidak mengunjungi Bali kecuali jika bersamanya.

***

‘’BAY, ntr jmPt Ta Diskul y......" Sms itu dibaca Bayu saat kuliah jam pertamanya selesai. Setelah selesai kuliah diarahkan mobilnya menuju sekolah Dinta, cewek yang beberapa bulan ini mengisi hari-harinya dan memberikannya perhatian yang telah lama tidak dia dapatkan.
Saat Bayu sampai di sekolah Dinta, Dinta tersenyum manis, wajah Bayu kiranya betul-betul mengingatkan Dinta pada sosok Hery. Tidak hanya dari cara Bayu berbicara, tapi juga menatap, sangat mirip dengan Hery.

‘’Dah lama yah nunggunya?" ujar Bayu pada Dinta membuka percakapan.
‘’Gak juga kok baru 15 menit’’.
‘’ Bayu dah makan?’’ tutur Dinta.
‘’Belum,’’jawab Bayu. Gimana kalau kita makan dulu di seputaran Kuta?’’ ajak Bayu sembari membukakan pintu mobil untuk Dinta.
‘’Kayaknya itu ide bagus deh,’’lanjutnya yang kemudian duduk tenang di samping Bayu.
Perjalanan menuju Kuta tidak membutuhkan waktu lama bagi keduanya. Dengan sedikit obrolan ringan tak terasa mobil Bayu telah berada di seputaran Pantai Kuta. Dan keduanya asyik menikmati siang di Kuta.

Senyum Bayu membuat Dinta mengenang kembali Hery yang telah 4 tahun ditinggalkannya. Perhatiannyapun tak jauh beda dengan perhatian yang sering diberikan Hery padanya. Namun permintaan papinya agar sekolah di Bali telah mempertemukannya dengan Bayu.

Cara Bayu memanjakan Dinta mampu menghilangkan kerinduannya pada Hery. Tapi Dinta terlanjur janji kepada Hery, hal itu pula yang membuatnya bimbang apa yang harus dikatakannya pada Hery saat kembali ke Pekanbaru.

‘’Kamu kenapa Ta?’’ pertanyaan Bayu membuyarkan lamunan Dinta. Cepat-cepat Dinta mengarahkan konsentrasinya kembali pada Bayu yang sedari tadi bicara di hadapannya.
‘’Gak kenapa-napa kok. Aku hanya ingat Kota Pekanbaru yang sebentar lagi akan menghiasi kehidupanku," jawab Dinta singkat.

‘’Gimana kalau kita pulang bareng. Soalnya aku juga kangen dengan suasana Pekanbaru dan juga adikku. Bulan depan aku libur semester,’’ tutur Bayu pada Dinta.

Ajakan itu membuat Dinta semakin bingung. Dalam hatinya bertanya-tanya, Haruskah mendustai Hery demi Bayu? Atau dia meninggalkan Bayu untuk memenuhi janjinya pada Hery? Keadaan itu benar-benar membuatnya bingung. Tapi dia harus mengambil keputusan.

***

BAYU dan Dinta tiba di Bandara Sultan Syarif Kasim II. Lalu keduanya menuju taksi yang telah dipesan sebelumnya. Dan setelah mengantarkan Dinta ke rumahnya, Bayu menuju rumahnya untuk bertemu dengan orang tua juga adiknya Hery tentunya.
Berbeda dengan Bayu, gerahnya Kota Pekanbaru tidak pandang bulu, siang atau malam ternyata tak mampu mengalahkan kegundahan Dinta. Bayangan Bayu dan Hery terus saja silih berganti dipikirannya.
Malam itu adalah malam dimana Dinta berjanji bertemu Hery di Bandar Serai tempat keduanya terakhir kali bertemu. Dinta masih bingung apa yang akan dikatakannya pada Hery nanti dan haruskah dia mengingkari janji itu.
Setelah bersiap-siap Dinta segera keluar dari rumah dan menemui pak Amin supir pribadinya. Tapi alangkah terkejutnya dia menyaksikan Bayu tersenyum padanya. Dan malam itu Dinta mengingkari janjinya pada Hery untuk pergi bersama Bayu.

***

KERAMAIAN Bandar Serai masih sama seperti dulu, hanya saja aku tidak bersama Rimby. Dari sore hingga sekarang aku menunggunya di sini, sesuai janinya padaku ketika hendak berangkat ke Bali empat tahun lalu. Namun hingga pukul 22.00 WIB, dia belum juga menampakkan batang hidungnya. Dan aku memilih kembali ke rumah.

Sesampainya di rumah, kusaksikan Rimby duduk di teras rumah bersama Bayu, ternyata dia tidak mengingkari janjinya. Segera aku datangi mereka berdua, namun langkah kakiku terhenti saat kulihat Bayu menggenggam tangan Rimby. Tetapi Rimby menariknya saat melihatku datang. Dia terkejut demikian juga dengan Bayu .
‘’Hery....?’’ ujar Rimby dengan ekspresi bingung.


‘’Eh kamu dah pulang Ry? Kenalin pacar abang, Dinta namanya,’’ sambung Bayu.
‘’Rimby Adinta Kaswara..., aku mengenalnya sebagai orang yang membuatku rela menjalani hari-hari sendiri. Dan ternyata dia mengkhianati janjinya padaku," tuturku sembari meninggalkan mereka berdua.

--------------------------------
Karya: Enda Kaswara siswi SMA Al-Huda

Comments

Paling Banyak Dibaca